W
Wildan Anrian
1PA07
17511400
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangari alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, taman, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya.
1PA07
17511400
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangari alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, taman, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya.
Keindahan adalah identik dengan
kebenaran. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat
Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata
“beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal
dari bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan
kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir
dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.
Selain itu
menurut luasnya dibedakan pengertian:
1. Keindahan dalam arti luas.
Selanjutnya The Liang Gie
menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan.
Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan
Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga
menyenangkan.
Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya
meliputi :
* Keindahan Seni
* Keindahan Alam
* Keindahan Moral
* Keindahan Intelektual.
2. Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan dalam arti estetik murni
menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dellgan se:gala sesuatu
yang diserapnya.
3. Keindahan
dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti yang
terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut
bendabenda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk
dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari
garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa
keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu
benda dan di antara benda itu dengan si pengarnat.
Nilai estetik
Dalam rangka teori umum tentang
nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai
salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai
pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang
tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of
Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut
:
‘”The believed Capacity of any
object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be
of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada
suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
Hal itu berarti, bahwa nilai
adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas
dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu
sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti
letak kebenarannya.
Nilai itu ada yang membedakan
antara nilai sub yektif dan obyektif, tetapi penggolongan yang penting ialah:
- Nilai ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik
dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal l ainnya
(“instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat
atau membantu contohnya puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi,
baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
- Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari
benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan
benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada
pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .
B.
Pengelompokan-pengelompokan pengerian keindahan
dilihat dari
beberapa persepsi tentang keindahan berikut ini :
1. Keindahan adalah sesuatu yang
rnendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy);
2. Keindahan adalah keseluruhan
yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan
satu sarna lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order
of parts in their manual relations and in their relation to the whole
(Baumgarten).
3. Yang indah hanyalah yang baik.
Jika belum baik ciptaan itu belurn indah. Keindahan harus dapat memupuk
perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah,
karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral (Sulzer).
4. Keindahan dapat terlepas sarna
sekali dari kebaikan (Winehelmann).
5. Yang indah adalah yang
rnemiliki proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harrnonis itu nyata,
maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah
nyata dan yang nyata adalah yang baik (Shaftesbury). .
6. Keindahan
adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume).
7. Yang indah adalah yang paling
banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu
sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan
(Hemsterhuis).
Dengan melihat demikian
beragamanya pengertian keindahan, dan kita harus percaya bahwa yang di atas itu hanyalah sebagian kecil,
boleh jadi akan rnengeeewakan kita yang menuntut adanya satu pengertian yang
tunggal tapi yang memuaskan. Namun demikian, dari berbagai pengertian yang ada,
sebenarnya, kita bisa menempatkannya dalam kelompok-kelompok pengertian
tersendiri, Pengelompokan-pengelompokan yang bisa kita buat adalah sebagai
berikut :
1.
Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik
pijak atau landasannya.
Dalam hal ini ada dua pengertian
keindahan, yaitu yang bertumpu pada obyek dan subyek, Yang pertama, yaitu
keindahan yang obyektif, adalah keindahan yang memang ada pada obyeknya
sementara kita sebagaimana mestinya. Sedang yang kedua; yang disebut keindahan
subyektif; adalah keindahan yang biasanya ditinjau dari segi subyek yang
melihat dan menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu
yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penikmat dan penghayat (subyek)
tanpa dicampuri keinginan-keinginan yang bersifat praktis, atau
kebutuhan·kebutuhan pribadi si penghayat.
2. Pengelompokan pengertian keindahan dengan
berdasar pada cakupannya.
Bertitik tolak dari landasan ini
kita bisa membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindalan
sebagai sebuah bcnda tertentu yang memang indah. Perbedaan semacam ini lebih
tampak, misalnya dalam penggunaan bahasa Inggris yang mengenalnya istilah
beauty untuk keindahan yang pertama, dan istilah The Beautiful untuk pengertian
yang kedua, yaitu benda atau hal·hal tertentu yang memang indah.
3.
Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas-sempitnya
.
Dalam pengelompokan ini kita bisa
membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti
yang terbatas. Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung
gagasan tentang kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari pemikiran Plato,
yang menyebut adanya watak yang indah dan hukum yang indah: Aristoteles yang
melihat keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan
Dari apa yang dikemukakan di
atas, ada hal bisa kita petik, yaitu: Pertama, keindahan menyangkut persoalan
filsafati, sehingga jawaban terhadap apa itu keindahan sudah barang tentu bisa
bermacam-macam. Kedua, keindahan sebagai pengertian mempunyai makna yang
relatif, yaitu sangat tergantung kepada subyeknya.
Pengertian keindahan tidak hanya
terbatas pada kenikmatan penglihatan semata-mata, tetapi sekaligus kenikmatan
spiritual. Itulah sebabnya Al-Ghazali memasukkan nilai-nilai spiritual, moral
dan agama sebagai unsur-unsur keindahan, di samping sudah . barang. tentu
unsur-unsur yang lain.
C. Alasan
Manusia Mencipta Keindahan
Keindahan itu pada dasamya adalah
alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan.
Alamiah itu artinya wajar, tidak herlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis
wanita lebih cantik dari keadaan yang sebenarnya, justru tidak indah. Karena
akan ada ucapan “lebih cantik dari warna aslinya”. Bila ada pemain drama yang
berlebihlebihan, misalnya marah dengan meluap-Iuap padahal kesalahan kecil,
atau karena kehilangan sesuatu yang tak berharga kemudian menangis
meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.
Maka keindahan berasal dari kata
indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda yang
mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan Tuhan.
Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, di mana, dan
siapa saja dapat menikmati keindahan.
D. Hubungan
manusia dan keindahan
Manusia memiliki lima komponen
yang secara otomatis dimiliki ketika manusia tesebut dilahirkan. Ke-lima
komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati, ruh, dan sirri (rahasia ilahi).
Dengan modal yang telah diberikan kepada manusia itulah (nafsu, akal dan hati)
akhirnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu yang disebut dengan
keindahan. Dengan akal, manusia memiliki keinginan-keinginan yang menyenangkan
(walaupun hanya untuk dirinya sendiri) dalam ruang renungnya, dengn akal
pikiran manusia melakukan kontemplasi komprehensif guna mencari niolai-nilai,
makna, manfaat, dan tujuan
dari suatu penciptaan yang
endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan salah satu
indikator dari keindahan.
Akal dan budi merupakan kekayaan
manusia tidak dirniliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan budi manusia memiliki
kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak
atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda.
Kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan
kehendak atau keinginan pada hewan bersumber dari naluri.
Sesuai dengan sifat kehidupan
yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau keinginan manusia itu pun
bersifat demikian. Jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya,
satu hal sudah pasti yakni untukmenciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang
memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa “yang mampu menyenangkan atau
memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang
“indah”. Maka “keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia;
karena dengan keindahan tu itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana
. keindahan itu perasaan “(ke) manusia (annya)” tidak terganggu.
Dengan adanya keinginan-keinginan
tersebut, manusia menggunakan nafsunya untuk mendorong hasrat atau keinginan
yang dipikirkan atau direnungkan oleh sang akal tadi agar bisa terrealisasikan.
Ditambah lagi dengan anugrah yang diberikan-Nya kepada kita (manusia) yakni
berupa hati, dimana dengan hati ini manusia dapat merasakan adanya keindahan,
oleh karena itu manusia memiliki sensibilitas esthetis.
Selain itu manusia memang secara
hakikat membutuhkan keindahan guna kesempurnaan pribadinya. Tanpa estetika
manusia tidak akan sempurna, Karena salah satu unsur dari kehidupan adalah
estetika. Sedang manusia adalah mahluk hidup, jadi dia sangat memerlukan
estetika ini.
Buku Ilmu Budaya Dasar Drs. Supartono Widyosiswoyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar